Megaproyek Kereta Supercepat Digagas

Sebuah megaproyek pengembangan kereta api supercepat dengan rute Jakarta - Bandung - Cirebon tengah direncanakan. Investor diminta serius pada rencana proyek ini, tidak sekadar basa-basi.

Rencana proyek kereta api supercepat itu disampaikan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (Konjen RI) di Los Angeles,Amerika Serikat. Konjen RI diwakili Konsul Ekonomi Edi Suharto dan Pejabat Promosi Investasi Los Angeles Heldy S Putera, ikut menyaksikan penandatanganan nota kesepakatan (MoA) dari konsorsium perusahaan di AS untuk proyek Hydrogen Hi-Speed RailSuper-Highway (H2RSH), Senin 4 Januari waktu setempat.

Nota kesepakatan itu akan menjadi awal proyek pembangunan kereta supercepat dan ramah lingkungan Jakarta - Bandung - Cirebon sepanjang 357 km senilai USD3 miliar.

Penandatanganan tersebut merupakan lanjutan dari penandatanganan awal yang dilakukan beberapa konsorsium di Kuala Lumpur tanggal 1 Desember 2009. Acara yang difasilitasi CAEDZ (The Eco Synesis Group) tersebut dihadiri 20 pengusaha dari perusahaan yang tergabung dalam konsorsium. Ke-15 perusahaan yang tergabung dalam konsorsium tersebut terdiri atas Aon Risk Service Inc, Aqua-PhyD Inc, Aruna Solutions, Asian Energy Limited, Tricap Group, Copernicus International, eCompass Group, Fidelity National Financial, Global Green Management, McGladry & Pullen, Modular Integrated Technologies, Obermeyer Planen+Beraten, Pembinaan Aktif Gemilang, The Interstate Traveller Company, dan Tum Geotechnical Research.

Menurut Marjorie Hoeh, Director for Investment,Finance and Business Development CAEDZ, proyek tersebut merupakan salah satu proyek dari sejumlah proyek Pembangunan Koridor Ekonomi Jawa Barat yang mencakup wilayah Bandung, Sumedang, Majalengka, dan Cirebon atau seluas 7.200 km2 atau kurang lebih seluas Lembah Silikon di California (6.539 km2). Keseluruhan proyek yang bernilai USD500 miliar tersebut akan termasuk rencana pembuatan bandara internasional di Kertajati, Majalengka dan pembangunan serta pengembangan pelabuhan laut internasional di Cirebon.

Mengenai kerangka waktu proyek H2RSH, Marjorie Hoeh menyampaikan bahwa studi kelayakan proyek tersebut akan mulai dilakukan pada 11 Januari 2010 selama 90 hari. Setelah dimungkinkan, proyek akan mulai dikerjakan dan dalam waktu kurang lebih dua tahun kereta supercepat tersebut akan beroperasi.

Dihubungi terpisah, Kepala Badan Koordinasi Promosi dan Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Jawa Barat Iwa Karniwa membenarkan adanya rencana investasi tersebut. Menurut dia, ketertarikan pihak luar untuk berinvestasi senilai USD3 miliar dalam proyek kereta api supercepat di wilayah Jawa Barat menjadi hal yang positif.

Jika megaproyek tersebut bisa terlaksana tentu akan memberikan manfaat bagi banyak pihak. Selain transportasi massal yang canggih, akomodasi ini juga ramah lingkungan dan tentu ada investasi yang cukup besar.

“Kita (Pemerintah Provinsi Jawa Barat) akan proaktif bersama dengan Pemerintah DKI Jakarta dan Banten untuk mengkaji masalah ini. Secara informal, kita sudah saling koordinasi dengan mereka. Tapi, untuk formalnya akan dilakukan segera,” kata Iwa saat dihubungi tadi malam.

Dia menjelaskan, rute yang akan dilewati proyek kereta api supercepat tersebut adalah Cirebon– bandara internasional di Kertajati Majalengka - Bandung - Jakarta - Bandara Soekarno - Hatta di Cengkareng Banten.

“Karena itu, DKI dan Banten juga meminta agar dilibatkan dalam megaproyek ini. Karena, ada rute yang melewati daerah mereka,” ungkapnya. Sementara itu, Sekretaris Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Nugroho Indrio mengaku belum tahu rencana proyek kereta supercepat ini.

“Saya belum dengar,coba nanti saya cek informasinya,” katanya. Jika rencana tersebut dapat terwujud, menurut dia, hal itu akan berperan dalam mendukung transportasi masyarakat. Dengan nilai investasi yang sangat besar, menurut dia, perlu ada studi kelayakan yang cermat. “Faktor utama yang harus diperhatikan adalah seberapa besar permintaan pada rute tersebut,” ujarnya.

Pengamat kereta api dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Taufik Hidayat mengatakan, rencana proyek ini merupakan sebuah terobosan dalam memajukan perkeretaapian Indonesia sehingga harus didukung pemerintah. Dia menjelaskan, pemerintah perlu memberikan kemudahan terhadap investor yang akan masuk melakukan investasi kereta api di Indonesia.

“Kita memang sudah lama menanti ada investor yang mau masuk ke sektor ini. Oleh karena itu pula pemerintah perlu mendukungnya agar dapat terwujud,” katanya.


Sumber : okezone.com

0 komentar:



Posting Komentar