Lahan seluas 5 hektar di depan Jakarta International Expo Kemayoran tidak terlihat aktivitas yang berarti. Hanya beberapa orang kontraktor terlihat berkumpul di bangunan semi permanen berlantai 2 di areal proyek yang rencananya akan dibangun Gedung Menara Jakarta (MJ).
Tidak ada pekerjaan pembangunan proyek di atas lahan yang dikelola Badan Pelaksana Pengendalian Pembangunan Komplek Kemayoran (BP3KK) yang terlihat. Padahal pengerjaan bangunan itu sudah berlangsung sejak 15 April 2004. Saat itu Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Bambang Kesowo dan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso yang melakukan peletakan batu pertama. Namun hingga saat ini, dari pantauan detikcom, pekerjaan yang dirampungkan baru sebatas pondasi.
Roesdiman Soegiarso, Direktur PT Prasada Jasa Pamudja, pengembang proyek Menara Jakarta saat dihubungi detikcom enggan memberi penjelasan soal mandeknya proyek tersebut. "Nanti saja Pak Handaka (Presdir PT Prasada Jasa Panudja) yang akan menjelaskan," jelas Roesdiman singkat.
Sementara Handaka sendiri saat dihubungi tidak memberikan penjelasan. Alasannya pengembang baru akan menjelaskan secara resmi pada 2010. "Saat ini kami tidak mau memberikan penjelasan apa-apa.Sebaiknya nanti saja sekalian, Januari tahun depan," ujar Handaka.
Menurut informasi yang diperoleh detikcom, mandeknya proyek menara setinggi 558 meter tersebut akibat konflik di internal perusahaan pengembang. Konflik itu dipicu antara lain masalah anggaran yang membengkak dari proyeksi sebelumnya.
Anggaran proyek yang mulai digagas sejak 1996-1997 oleh konglomerat Sudwikatmono, Prajogo Pangestu, dan Henri Pribadi itu, memang meningkat sangat drastis. Awalnya anggaran yang diproyeksikan sebesar Rp 1,2 triliun.
Tapi kemudian, saat proyek itu mulai berjalan pada 2004, angkanya meningkat menjadi Rp 2,5 triliun. Dan kali ini anggaran yang dibutuhkan membengkak menjadi dua kali lipat menjadi Rp 5 triliun.
Konsultan konstruksi Menara Jakarta Wiratman Wangsadinata saat berbincang-bincang dengan detikcom mengakui, kenaikan biaya tersebut akhirnya menimbulkan masalah di internal perusahaan pengembang.
"Tapi sekarang para pemilik saham di perusahaan sudah menemui kata sepakat. Mereka akan terus melanjutkan proyek tersebut 2010 mendatang," jelas Wiratman yang ditemui dikantornya, Graha Simatupang.
Untuk mengantisipasi pembiayaan, imbuh Wiratman, pengembang rencananya akan menyelesaikan pembangunan pusat perbelanjaan terlebih dahulu. Dari penjualan aset tersebut diharapkan bisa menyokong biaya pembangunan menara.
Selain diterpa masalah dana, proyek tersebut juga sempat dihantam isu SARA. Pasalnya, beberapa kalangan menduga pembangunan menara tersebut akan dijadikan tempat peribadatan agama tertentu.
"Sekarang semuanya sudah beres. Sudah tidak ada masalah lagi antara pemegang saham," ungkap Wiratman.
Menurut Wiratman, pembangunan menara masih tetap menggunakan desain awal, menara tetap memiliki tiga kaki yang akan menjulang hingga ketinggian 500 meter. Masing-masing kaki berbentuk silinder,
berdiameter 13,2 meter. Dua di antaranya berisi masing-masing 3 lift dengan kecepatan 7 meter per detik. Kaki ketiga berisi 8 lift khusus untuk pengunjung.
Di badan menara rencananya akan dibangun gedung podium setinggi 17 lantai, restoran berputar, kafe, taman hiburan, museum sejarah Indonesia, pusat pameran, pusat pendidikan dan pelatihan, pusat multimedia yang disertai pemancar siaran radio dan televisi, serta pusat olah raga.
Selain fasilitas di badan menara, pengembang juga akan membangun pusat perbelanjaan, gedung perkantoran, serta hotel berbintang di sekitar areal menara. "Nantinya Menara Jakarta akan menjadi pusat perkantoran, bisnis, dan hiburan," ujar Wiratman.
Apakah menara yang akan menjadi icon kebanggaan bangsa Indonesia dan menjadi menara telekomunikasi dan broadcasting tertinggi di dunia itu bisa terwujud? Atau akan bernasib sama seperti proyek monorel yang hanya berdiri tiang pancangnya saja? Kita tunggu saja.
Sumber : detik.com