Kedudukan wanita dalam Islam

Saat kebudayaan jahiliyah merampas kebebasan wanita, Islam datang dengan membawa sinar kebenaran dan kemerdakaan yang hakiki. Islam telah mengakui hak kehidupannya dan menyatakan kesamaannya dengan pria dalam hal keturunan. Allah swt berfirman: “Wahai manusia bertakwalah engkau kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari satu jiwa, dan daripanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak”. (QS an-Nisa’: 1)


Tiada agama atau ajaran yang menghormati dan mendudukkan wanita pada tempatnya yang hakiki kecuali Islam. Islam memberikan kebebasan kepada kaum wanita untuk mengekspresikan kehalusan jiwanya dalam kehidupan sehari-hari. Kebebasan itu diatur oleh Islam, agar mereka mempunyai andil yang besar dalam pembangunan peradaban umat.

Oleh itu, kebebasan tersebut harus tetap berada dalam koridor agama yang berlandaskan pada Al-Quran dan As-Sunnah. Segala macam bentuk kebebasan yang tidak bertumpu pada keduanya, maka akan membawa akibat buruk yang dapat menghancurkan peradaban itu sendiri.

Wanita, khususnya seorang ibu muslimah, adalah madrasah pertama bagi putra-putrinya dalam menata masa depannya. Kebaikan dan keburukan seorang anak, sangat dipengaruhi oleh kepribadian & akhlak dari sang ibu dalam mendidik anaknya.

Saat kebudayaan jahiliyah merampas kebebasan wanita, Islam datang dengan membawa sinar kebenaran dan kemerdakaan yang hakiki bagi tiap-tiap umatnya. Islam telah mengakui hak kehidupannya dan menyatakan kesamaannya dengan pria dalam hal keturunan. Allah SWT berfirman : “Wahai manusia bertakwalah engkau kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari satu jiwa, dan daripadanya, Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah mengembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak”. (QS an-Nisa’: 1).

Islam, melarang untuk menangisi kelahiran anak perempuan, seperti dalam firman Allah : “Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, merah padamlah mukanya menahan amarah. Dia menyembunyikan diri dari orang banyak, karena buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan ”. (QS an-Nahl: 58-59) .

Perhatikanlah, bagaimana kekafiran dapat menutup mata hatinya dengan memandang kelahiran anak perempuan sebagai suatu berita buruk yang membuat mereka malu dalam masyarakatnya. Dengan wajah yang merah padam, mereka menghilang dari kerumunan manusia menahan rasa malu. Sungguh sebuah kebodohan yang tak terkira yang diakibatkan oleh gelapnya kekafiran.

Mari kita bandingkan bagaimana Islam menyikapi kelahiran anak perempuan, Rasulullah SAW bersabda : “Barangsiapa yang diuji dengan (kelahiran) anak perempuan itu, maka mereka (anak perempuan itu) akan menjadi penghalangnya dari api neraka”. (HR Bukhari)

Keindahan budi pekerti Rasulullah saw dalam menyikapi masalah tersebut telah menegaskan sikap Islam yang sebenarnya dalam menghormati para wanita. Betapa besarnya perbedaan sikap seseorang yang kepribadiannya dibangun di atas ajaran yang lurus dengan kepribadian yang berkembang dalam kebodohan dan kekufuran.

Diantara penghormatan Islam yang cukup tinggi kepada para wanita bahwa Islam -untuk pertama kali- telah membebaskan para wanita dari dosa abadi yang didakwakan kepada mereka sebagai penyebab utama keluarnya Adam A.S dari surga lewat godaannya agar Adam memakan buah yang dilarang oleh Allah SWT.

Islam telah mengabarkan bahwa keduanya adalah korban dari godaan syetan. “Lalu keduanya digelincirkan oleh syetan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula”. (QS al-Baqarah: 36)

Islam telah memerintahkan umatnya untuk menghormati, menghargai dan mendidik wanita dengan cara yang baik. Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang memiliki tiga saudari atau dua anak putri atau dua saudari dan memperlakukannya dengan baik dan bertakwa maka ia akan masuk surga”. (HR Tirmidzi)

Dalam hadits lain beliau bersabda: “Barangsiapa yang mempunyai anak perempuan lalu ia mengajari dan mendidiknya dengan baik dan kemudian menikahkannya, maka ia telah mendapat dua pahala”. (HR Bukhari)

Islam telah meminta umatnya untuk memperlakukan para wanita dengan baik. “Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf”. (QS al-Baqarah: 228). Bahkan Rasulullah SAW telah menjadikan wanita sebagai sebaik-baik hiasan dunia. Beliau bersabda: “Dunia adalah hiasan dan sebaik-baiknya hiasan dunia, wanita shalihah.”(HR.Muslim). Hadist Persamaan Hak antara Laki-Laki dan Wanita

Allah SWT juga menjadikan wanita sebagai hamba-Nya yang berhak untuk melakukan ibadah dan mendapatkan pahala sama seperti apa yang diberikan kepada laki-laki.

“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih dari laki-laki dan perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS An-Nahl : 97).

Wanita juga berhak memilih dan menentukan pendamping hidupnya. Rasulullah SAW bersabda: “Seorang janda tidak boleh dinikahkan sampai diajak musyawarah dan seorang gadis dimintakan izinnya”. Lihatlah bagaimana Rasulullah SAW memberikan hak bagi seorang janda untuk ikut bermusyawarah dalam menentukan pendamping hidupnya. Begitu juga seorang gadis yang pemalupun harus dimintakan persetujuannya. “Para sahabat bertanya : Ya rasulullah bagaimana bentuk persetujuannya? Beliau berkata: “Diamnya”. (HR Bukhari dan Muslim) .

Islam tidak membeda-bedakan antara laki-laki dan wanita; akan tetapi Islam hanya mengatur tugas masing-masing sesuai dengan fitrah dan sifat dasarnya. Karena disitulah terletak rahasia kebaikan suatu tatanan masyarakat. Lihatlah bagaimana ketika Aisyah bertanya kepada Rasulullah SAW: “Ya Rasulullah apakah ada kewajiban berjihad bagi para wanita ?” Beliau berkata: “Ya, mereka mempunyai kewajiban berjihad akan tetapi tidak ada peperangan di dalamnya, yaitu “ haji dan umrah”. (HR Ahmad) .

Begitu pula, bahwa Islam tidak melarang seorang wanita untuk berkarir akan tetapi tetap dalam bingkai Syariah Islamiyah. Mereka juga dapat menjadi seorang pemimpin, akan tetapi wilayah kepemimpinnya berbeda dengan wilayah kepemimpinan pria .

Mereka bertanggung jawab untuk menjadikan rumah tangganya sebagai surga bagi seluruh anggota keluarganya dan juga bertanggung jawab untuk memimpin anak-anaknya menjadi penerus agama, yang dengannya kebudayaan peradaban kemanusian akan berlangsung .

Jadi, Islam sejak awal sejarahnya telah menjamin persamaan hak antara laki-laki dan perempuan sebagaimana tertera dalam ayat Allah dan hadits di atas. Akan tetapi cara dan tujuan Islam dalam memperjuangkan persamaan antara laki-laki dan perempuan sangatlah berbeda dengan konsep feminisme modern yang cenderung mengarah pada kerusakan moral dengan tanpa memperhatikan perbedaan sifat dasar dari wanita itu sendiri.

Padahal Allah SWT telah menjamin adanya perbedaan kemampuan antara laki-laki dan wanita, sebagaimana penafsiran sebagian ulama pada firman Allah: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian apa yang mereka usahakan”. (QS an-Nisa:32)

Untuk memelihara dua hal itulah Islam kemudian menyeimbangkan antara persamaan hak wanita dan laki-laki dengan fitrah yang dimilikinya. Para wanita juga berhak menjadi pemimpin akan tetapi wilayahnya di mana ia menjadi seorang figure yang tepat; yaitu mendidik anak-anak dan menjadikan rumah tangganya sebagai surganya.

Oleh karenanya, sabda Rasulullah SAW tadi, telah menjadi solusi terbaik dalam memperjuangkan harkat dan martabat kaum hawa. Karenanya, waspadalah dengan slogan yang dilancarkan oleh musuh-musuh Islam yang ingin merusak Islam dengan menjadikan para wanita sebagai fitnah. Rasulullah SAW bersabda : “ Sesungguhnya fitnah yang pertama menimpa Bani Israil adalah wanita ”. Wallahua’lam.


( Sumber : “ Menyikapi Feminisme “ oleh redaksi SQ dan “ Menghancurkan Feminisme “ oleh Shiddiq - AL-Jawi )



0 komentar:



Posting Komentar