Cara Memotivasi Karyawan dengan Menggunakan Salah Satu Contoh Teori Motivasi

1. Pengertian motivasi secara umum

Motivasi adalah dorongan psikologis yang mengarahkan seseorang ke arah suatu tujuan. Motivasi membuat keadaan dalam diri individu muncul, terarah, dan mempertahankan perilaku. Motivasi yang ada pada setiap orang tidaklah sama, berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Untuk itu, diperlukan pengetahuan mengenai pengertian dan hakikat motivasi, serta kemampuan teknik menciptakan situasi sehingga menimbulkan motivasi/dorongan bagi mereka untuk berbuat atau berperilaku sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh individu lain/ organisasi.


Motivasi akan menguatkan ambisi, meningkatkan inisiatif dan akan membantu dalam mengarahkan energi kita untuk mencapai apa yang kita inginkan. Dengan motivasi yang benar kita akan semakin mendekati keinginan kita. Biasanya motivasi akan besar, bila orang tersebut mempunyai visi jelas dari apa yang diinginkan. Ia mempunyai gambaran mental yang jelas dari kondisi yang diinginkan dan mempunyai keinginan besar untuk mencapainya. Motivasilah yang akan membuat dirinya melangkah maju dan mengambil langkah selanjutnya untuk merealisasikan apa yang diinginkannya.


1.1 Pengertian Motivasi Kerja

Motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti “dorongan atau daya penggerak”. Motivasi ini diberikan kepada manusia, khususnya kepada para bawahan atau pengikut. Adapun kerja adalah sejumlah aktivitas fisik dan mental untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan. Terkait dengan hal tersebut, maka yang dimaksud dengan motivasi adalah mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan ketrampilannya untuk mewujudkan tujuan organisasi. (Hasibuan, 2003).

Gibson, et. al., 1995, berpendapat bahwa motivasi adalah kekuatan yang mendorong seseorang karyawan yang menimbulkan dan mengarahkan perilaku. Motivasi kerja sebagai pendorong timbulnya semangat atau dorongan kerja. Kuat dan lemahnya motivasi kerja seseorang berpengaruh terhadap besar kecilnya prestasi yang diraih. Lebih jauh dijelaskan, bahwa dalam kehidupan sehari-hari seseorang selalu mengadakan berbagai aktivitas. Salah satu aktivitas tersebut diwujudkan dalam gerakan-gerakan yang dinamakan kerja. Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh orang yang bersangkutan.

Terkait dengan motivasi kerja tersebut, Robbins, (1998) berpendapat bahwa motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya untuk memenuhi sesuatu kebutuhan individu.

Senada dengan pendapat tersebut, Munandar, (2001), mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu proses dimana kebutuhan- kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah ke tercapainya tujuan tertentu. Bila kebutuhan telah terpenuhi maka akan dicapai suatu kepuasan. Sekelompok kebutuhan yang belum terpuaskan akan menimbulkan ketegangan, sehingga perlu dilakukan serangkaian kegiatan untuk mencari pencapaian tujuan khusus yang dapat memuaskan sekelompok kebutuhan tadi, agar ketegangan menjadi berkurang.

Pinder, (1998) berpendapat bahwa motivasi kerja merupakan seperangkat kekuatan baik yang berasal dari dalam diri maupun dari luar diri seseorang yang mendorong untuk memulai berperilaku kerja, sesuai dengan format, arah, intensitas dan jangka waktu tertentu.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan, bahwa motivasi kerja adalah dorongan yang tumbuh dalam diri seseorang, baik yang berasal dari dalam dan luar dirinya untuk melakukan suatu pekerjaan dengan semangat tinggi menggunakan semua kemampuan dan ketrampilan yang dimilikinya.

2. Teori Motivasi
Untuk memahami tentang motivasi, menurut beberapa sumber (Winardi, 2001:69-93; Sondang P. Siagian, 286-294; Indriyo Gitosudarmo dan Agus Mulyono,183-190, Fred Luthan,140-167) kita akan bertemu dengan beberapa teori tentang motivasi, antara lain :

(1) teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
(2) Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)
(3) teori Clyton Alderfer (Teori ERG)
(4) teori Herzberg (Teori Dua Faktor)
(5) teori Keadilan
(6) Teori penetapan tujuan
(7) Teori Victor H. Vroom (teori Harapan)
(8) teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku
(9) teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi.

Dari sekian banyak teori motivasional yang ada, mungkin teori Hirarki Kebutuhan Maslow yang paling luas dikenal. Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu
1. kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus,
istirahat,dll
2. kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi
juga mental, psikologikal dan intelektual
3. kebutuhan akan kasih sayang (love needs)
4. kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam
berbagai simbol-simbol status.
5. aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi
seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga
berubah menjadi kemampuan nyata.

Teori Maslow (dalam As’ad, 1998) Ini sering disebut dengan model hierarki kebutuhan. Karena menyangkut kebutuhan manusia, maka teori ini digunakan untuk menunjukkan butuhan seseorang yang harus dipenuhi agar individu tersebut termotivasi untuk kerja. Menurut Maslow, pada umumnya terdapat hirarki kebutuhan manusia. 1) Kebutuhan fisiologik (physiological needs), misalnya makanan, minuman, istirahat atau tidur,dll. Kebutuhan inilah yang merupakan kebutuhan pertama dan utama yang wajib dipenuhi oleh tiap individu. Dengan terpenuhinya kebutuhan ini, orang dapat mempertahankan hidup dari kematian. Kebutuhan utama inilah yang mendorong setiap individu untuk melakukan pekerjaan apa saja, karena akan memperoleh imbalan, baik berupa uang atau pun barang yang akan digunakan untuk memenuhi kebuluhan utama ini. 2) Kebutuhan aktualisasi diri, yakni senantiasa percaya kepada diri sendiri. Pada puncak hirarki, terdapat kebutuhan untuk realisasi diri, atau aktualisasi diri.

Teori ini mewariskan pesan bagi kita bahwa begitu orang melewati tingkat kebutuhan tertentu, ia tidak lagi terdorong oleh motivasi tingkat di bawahnya. Hal ini memberikan pengertian agar seorang manajer atau pemimpin atau motivator dalam organisasi hendaknya mengenal apa yang dibutuhkan oleh bawahannya. Kebutuhan seorang buruh harian dengan karyawan staff tentu berbeda. Untuk memberikan motivasi yang dapat meningkatkan performa kepada keduanya, seorang manajer harus memberikan motivasi yang berbeda sesuai dengan kebutuhan mereka. Bilamana seorang karyawan sudah mempunyai gaji dan keamanan kerja yang dapat memenuhi kebutuhan hidup dan rasa amannya, maka hal itu tidak lagi akan memberikan motivasi kepadanya. Sama halnya dengan kita yang tidak lagi memikirkan kebutuhan bernapas, kecuali kita mempunyai masalah dengan organ pernapasan kita.

Teori ini menjelaskan Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat pskologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual. Seorang manajer harus dapat mengelola motivasi yaitu dengan menelaah apa yang menjadi kebutuhan karyawan dan memberikan pemuasan yang tepat sasaran. Teori ini menggambarkan bagaimana biasanya orang memperlihatkan motivasi pada tingkat kebutuhan yang ingin di penuhi:

1. Upah dan Insentif Keuangan : Orang perlu memenuhi kebutuhan pokok mereka akan makanan, pakaian dan perumahan, dan mereka perlu menyekolahkan anak-anak mereka demi masa depan.

2. Jaminan kerja dan keselamatan di tempat kerja : Seseorang perlu mendapatkan rasa aman di tempat kerja dan juga kesejahteraan hidup mereka. Misalkan dengan memberikan tunjangan uang makan, tunjangan transportasi, jaminan kecelakaan,jaminan kematian,jaminan hari tua.

3. Tim dan kerja tim : Orang ingin menjadi bagian dari kelompok; merasa di miliki dan memberikan hal berarti yang bersifat positif terhadap lingkungannya.

4. Penilaian kinerja dan penghargaan: Orang selalu ingin dihargai atas apa yang telah dikerjakan, dan juga ingin di beri tanggung jawab terhadap tugas yang di berikan, serta di berikan reward jika melaksanakan dengan baik. Misalkan dengan membuat orang tersebut merasa penting dan dibutuhkan oleh orang lain serta diperhatikan oleh orang lain termasuk diperhatikan oleh pimpinan. Secara umum, beberapa orang tersebut akan terpengaruh untuk berusaha lebih baik jika diberikan tanggung jawab karena tanggung jawab adalah wujud otoritas untuk membuat perubahan atau mengambil keputusan. Dengan memberikan tanggung jawab berarti memberikan kesempatan kepada seseorang untuk membuktikan kemampuannya.

5. Pelatihan dan Pengembangan : Orang selalu ingin lebih berkembang dan menjadi lebih baik atas kemampuan yang di miliki, mempelajari keterampilan baru dan tumbuh dalam bidang yang di geluti.


0 komentar:



Posting Komentar